Filsafat Ilmu
4 Jenis Manusia Dalam Kehidupan :
1. Manusia yang dia tahu apa yang dia tahu
Ini adalah jenis manusia yang paling baik. Jenis manusia yang memiliki kemampuan ilmu, dan dia tahu kalau dirinya itu berilmu, maka ia menggunakan ilmunya. Ia berusaha semaksimal mungkin agar ilmunya benar-benar bermanfaat bagi dirinya, orang sekitarnya, dan bahkan bagi seluruh umat manusia.
2. Manusia yang dia tahu apa yang dia tidak tahu
Manusia yang memiliki ilmu dan kecakapan, tapi dia tidak pernah menyadari kalau dirinya memiliki ilmu dan kecakapan. Manusia jenis ini sering kita jumpai disekeliling kita. Terkadang kita menemukan orang yang sebenarnyamemiliki potensi yang luar biasa, tapi ia tidak tahu kalau memiliki potensi.
3. Manusia yang tidak tahu apa yang dia tidak tahu
Jenis manusia ini masih tergolong baik, Sebab bisa menyadari kekurangannya. Ia bisa mengintropeksi dirinya dan bisa menempatkan dirinya yang sepantasnya. Karena dia tahu dirinya tidak berilmu, maka dia belajar.
4. Manusia yang dia tidak tahu apa yang dia tahu
Ini adalah jenis manusia yang paling buruk. Ini jenis manusia yang selalu merasa mengerti, selalu merasa tahu, selalu merasa mmemiliki ilmu, padahal ia tidak tahu apa-apa. Manusia jenis ini susah disadarkan dan kalau diingatkan ia akan membantah sebab ia merasa lebih tahu.
Teori Kebenaran :
1. Cara Menemukan Kebenaran
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Banyak cara telah ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang terkadang melampaui penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti.
2. Definisi Kebenaran
Bahwa kebenaran itu adalah perwujudan dari pemahaman subjek tentang sesuatu terutama yang bersumber dari sesuatu yang diluar subyek itu realita, peristiwa, nilai-nilai (norma dan hukum) yang bersifat umum.
Bahwa substansi kebenaran adalah di dalam antaraksi kepribadian manusia dengan alam semesta. Tingkat wujud kebenaran ditentukan oleh potensi subjek yang menjangkaunya.
3. Jenis Kebenaran
Kebenaran Epistemologikal, adalah kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia, artinya ilmu yang memberikan prinsip-prinsip yang harus diikuti supaya dapat berfikir valid.
Kebenaran Ontologikal, adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang ada maupun diadakan. Ilmu dengan cara yang sistematis mempelajari syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat berpikir valid, dapat menghindari serta mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi.
Kebenaran Semantikal, adalah kebenaran yang terdapat serta melekat di dalam tutur kata dan bahasa.
1. Manusia yang dia tahu apa yang dia tahu
Ini adalah jenis manusia yang paling baik. Jenis manusia yang memiliki kemampuan ilmu, dan dia tahu kalau dirinya itu berilmu, maka ia menggunakan ilmunya. Ia berusaha semaksimal mungkin agar ilmunya benar-benar bermanfaat bagi dirinya, orang sekitarnya, dan bahkan bagi seluruh umat manusia.
2. Manusia yang dia tahu apa yang dia tidak tahu
Manusia yang memiliki ilmu dan kecakapan, tapi dia tidak pernah menyadari kalau dirinya memiliki ilmu dan kecakapan. Manusia jenis ini sering kita jumpai disekeliling kita. Terkadang kita menemukan orang yang sebenarnyamemiliki potensi yang luar biasa, tapi ia tidak tahu kalau memiliki potensi.
3. Manusia yang tidak tahu apa yang dia tidak tahu
Jenis manusia ini masih tergolong baik, Sebab bisa menyadari kekurangannya. Ia bisa mengintropeksi dirinya dan bisa menempatkan dirinya yang sepantasnya. Karena dia tahu dirinya tidak berilmu, maka dia belajar.
4. Manusia yang dia tidak tahu apa yang dia tahu
Ini adalah jenis manusia yang paling buruk. Ini jenis manusia yang selalu merasa mengerti, selalu merasa tahu, selalu merasa mmemiliki ilmu, padahal ia tidak tahu apa-apa. Manusia jenis ini susah disadarkan dan kalau diingatkan ia akan membantah sebab ia merasa lebih tahu.
Teori Kebenaran :
1. Cara Menemukan Kebenaran
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Banyak cara telah ditempuh untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman yang diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang terkadang melampaui penalaran rasional, kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti.
2. Definisi Kebenaran
Bahwa kebenaran itu adalah perwujudan dari pemahaman subjek tentang sesuatu terutama yang bersumber dari sesuatu yang diluar subyek itu realita, peristiwa, nilai-nilai (norma dan hukum) yang bersifat umum.
Bahwa substansi kebenaran adalah di dalam antaraksi kepribadian manusia dengan alam semesta. Tingkat wujud kebenaran ditentukan oleh potensi subjek yang menjangkaunya.
3. Jenis Kebenaran
Kebenaran Epistemologikal, adalah kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia, artinya ilmu yang memberikan prinsip-prinsip yang harus diikuti supaya dapat berfikir valid.
Kebenaran Ontologikal, adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang ada maupun diadakan. Ilmu dengan cara yang sistematis mempelajari syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat berpikir valid, dapat menghindari serta mengetahui kesalahan-kesalahan yang terjadi.
Kebenaran Semantikal, adalah kebenaran yang terdapat serta melekat di dalam tutur kata dan bahasa.
Sifat Kebenaran :
1. Kebenaran Terkait Kualitas Pengetahuan
Artinya bahwa setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui suatu objek, ditilik dari jenis pengetahuan yang dibangun.
2. Kebenaran Terkait Karakteristik dan Cara Membangun Pengetahuan
Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat apa seseorang membangun pengetahuannya. Apakah ia membangun dengan pengindraan, akal pikirian atau rasio, intuisi atau keyakinan.
3. Kebenaran Terkait dengan Terjadinya Pengetahuan
Kebenaran yang dikaitkan atas ketergantungan pada terjadinya pengetahuan, artinya bahwa bagaimana relasi atau hubungan antar subjek dan objek, manakah yang dominan untuk membangun pengetahuan.
Teori – teori Kebenaran :
1. Teori Corespondence
Menerangkan bahwa kebenaran terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju atau dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.
2. Teori Consistency
Teori ini merupakan suatu usaha pengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil tes dan eksperimen dianggap reliable jika kesan-kesan yang berturut-turut dari suatu penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.
3. Teori Pragmatisme
Artinya sesuatu itu benar, jika mengembalikan pribadi manusia di dalam keseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk itu manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.
4. Kebenaran Religius
1. Kebenaran Terkait Kualitas Pengetahuan
Artinya bahwa setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui suatu objek, ditilik dari jenis pengetahuan yang dibangun.
2. Kebenaran Terkait Karakteristik dan Cara Membangun Pengetahuan
Kebenaran dikaitkan dengan sifat atau karakteristik dari bagaimana cara atau dengan alat apa seseorang membangun pengetahuannya. Apakah ia membangun dengan pengindraan, akal pikirian atau rasio, intuisi atau keyakinan.
3. Kebenaran Terkait dengan Terjadinya Pengetahuan
Kebenaran yang dikaitkan atas ketergantungan pada terjadinya pengetahuan, artinya bahwa bagaimana relasi atau hubungan antar subjek dan objek, manakah yang dominan untuk membangun pengetahuan.
Teori – teori Kebenaran :
1. Teori Corespondence
Menerangkan bahwa kebenaran terbukti benar bila ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan objek yang dituju atau dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.
2. Teori Consistency
Teori ini merupakan suatu usaha pengujian (test) atas arti kebenaran. Hasil tes dan eksperimen dianggap reliable jika kesan-kesan yang berturut-turut dari suatu penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.
3. Teori Pragmatisme
Artinya sesuatu itu benar, jika mengembalikan pribadi manusia di dalam keseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk itu manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.
4. Kebenaran Religius
Kebenaran tak cukup hanya diukur dengan rasional dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objektif, universal, berlaku bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oxiologis bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
Posting Komentar untuk "Filsafat Ilmu"